LIBURAN MENYENANGKAN
DIBALIK SERIBU GANDRUNG
Hai
sob! Perkenalkan namaku
Yunita, aku duduk
di bangku kelas dua SMP. Hari
ini adalah hari
libur sekolah, aku
menunggu saudara perempuanku
yang ada di
Malang. Kebetulan dia
sangat ingin menghabiskan
liburannya di rumahku,
tepatnya di Banyuwangi
tercinta. Aku sudah
tidak sabar ingin
bertemu dengannya. Dia
bernama Naumi, yang sekarang
sudah kelas tiga
SMA.
Malam hari tepat pukul
00.00, ada orang
yang mengetuk pintu
rumahku, “
Assalamualaikum “ tanpa
berpikir panjang aku
langsung membuka pintu
rumah, “
Waalaikumsalam. ” Dan
benar dugaanku, ternyata
itu adalah saudaraku.
Kami berdua pun
tertawa lepas dan
saling berpelukan gembira
melepas rindu. Kak
Naumi sekarang sudah
dewasa dan semakin
cantik. Katanya sih dia
paling pandai di
sekolahnya dan selalu
menjadi juara disetiap
kompetisi lomba se-tingkat SMA.
Mendengar keramaian
kami berdua ibuku
akhirnya bangun, “ Yun,
ada apa kok ramai sekali? “ (ibu
dan ayah berjalan
menuju ruang tamu).
“ Ini bu, Kak
Naumi sudah datang”
sahutku. “ Eh,
nak Naumi sudah
datang? ” (kata
ibuku dan ayahku sambil bersalaman
dengannya.) “ Ya
sudah ceritanya besuk
saja sekarang tidur
dulu sudah malam!
Lagian pasti kamu juga
capek, kan? “ lanjut
ibuku. Dan aku
langsung menjawab “ Kak tidur
sama aku saja
ya! ” “ Iya
bude makasih, iya Yun,
yaudah tidur yuk!
Udah ngantuk besuk aku
ceritain perjalanan tadi!
“ “ Oke!
“ kataku.
Hari pun
sudah pagi, dan
tidak seperti biasanya saya melakukan aktivitas di
pagi hari, itu
karena ada saudaraku
yang lumayan bisa
mengurangi pekerjaanku beres-beres
rumah. Kami berdua
pergi ke dapur
dan sedikit membantu
ibuku memasak masakan
khas Banyuwangi yang
akan aku berikan
untuk Kak Naumi.
Sambil ibuku memasak,
Kak Naumi bercerita
tentang perjalanan tadi
malam. Kak Naumi ke
sini memang sendirian
dan dia baru
pertamakalinya ke Banyuwangi
sendirian naik kereta.
Tidak terasa,
masakan ibu sudah
jadi. Kak Naumi penasaran
makanan apa yang
di masak ibu,
karena baru pertama
kali dia melihat
makanan yang aneh
katanya. Makanan yang
ibu buat adalah
rujak soto. Awalnya
dia tidak mau,
namun setelah dipaksa
akhirnya dia mau dan malahan pengen nambah
terus. “ Yun,
kok rasanya enak ya?
Padahal tampilannya sedikit
aneh, masak rujak
dicampur dengan soto?
Tapi gak papa
lah, yang penting
enak? ” “
Dasar cerewet, gitu-gitu
sudah nambah dua
kali. ” gumamku.
“ Hahahahaha… Ya
kan penasaran Yun! ”
Malam pun
tiba, kami berdua
mengobrol di kamar.
Ternyata Kak Naumi
besuk ingin jalan-jalan
keliling di Banyuwangi.
Dia ingin mengetahui
kebudayaan dan tempat
pariwisata yang ada di
Banyuwangi. Saya lalu
ke kamar ibu
dan izin bahwa
besuk mau jalan-jalan.
Awalnya sama ibu
tidak boleh, besuk
ibu dan ayah
tidak bisa mengantar
kami berdua karena
ada kepentingan di
rumah temannya, dan
ibu tidak tega
jika aku dan Kak Naumi
jalan-jalan di tempat keramaian walaupun
aku dan Kak
Naumi sudah bisa
naik sepeda motor
di jalan raya.
Namun, karena mengetahui
Kak Naumi sangat
ingin jalan-jalan, akhirnya
ibuku mengizinkan kami.
Aku
langsung ke kamar
dan berakting dengan bermuka
melas “ Kak,
sama ibu tidak
boleh, karena besuk
ibu dan ayah
ada urusan penting
jadi besuk tidak
jadi jalan-jalan. ” Dengan
berwajah sedih “ Huh, sia-sia
dong aku liburan
ke sini. Apalagi
lusa aku sudah
mau pulang. “ Akupun tertawa
meledek, “ Duh,
kasian anak mama cengeng
banget sih, ternyata
mudah dibohongi juga!
Hahahahaha… “ kesal
“ Dasar anak
nakal! Sukanya berbohong!
Jadi gimana? ”
kataku “ eeemm…
Gimana ya? Kasih
tau gak ya?
Dan Jawabannya adalah iya! “
dengan penuh rasa
gembira, “ yeee…
akhirnya bisa jalan-jalan
juga di Banyuwangi
ini. Ya sudah aku mau
tidur dulu, gak
sabar ingin cepat-cepat
besuk. “ kamipun
tidur lelap.
Paginya, aku pun kaget
masih pagi banget
dia sudah membangunkanku dengan
suara keras dan
menyuruhku untuk mandi.
Akupun langsung bangun
dengan wajah kesal.
Dan ternyata waktu
masih menunjukkan pukul
05.00, dengan malas
aku pun tidur
lagi dan tidak
jadi mandi sedangkan
Kak Naumi menungguku
dua jam di
depan televisi, yang
dikira aku siap-siap,
padahal dia tidak
tahu kalau aku
sedang tidur nyenyak. Biarin aja
dia nunggu lama
biar tahu rasa.
Kami memang seperti
ini. Kalau tidak
ketemu kangen-kangen, tapi
kalau sudah ketemu
pasti adanya saling
mengerjai.
“
Yun! Sudah selesai
apa belum? Lama
banget sih? Sudah hampir siang
nih! Sudah dua
jam aku nungguin
kok belum selesai
juga! “ (sambil
membuka pintu kamar)
“ Ya ampun
ini anak di
suruh mandi malah
tidurnya diterusin! Woy
bangun! Gak ngrasain
apa yang diluar
nunggu lama, malah
asik tidur ”
“ ngapain sih kak?
Pagi-pagi teriak-teriak kayak
ada maling aja.
Masih ngantuk nih!
Ganggu orang lagi
tidur saja! “
“ eh, ni
anak dibilangin jawab
aja! Katanya mau
ngajak aku jalan-jalan?
Ayo udah hampir
siang nih? “
Jalan sana sendiri!
Lagian siapa juga
yang mau ngajak
jalan-jalan, orang kamunya
yang maksa! (kataku sambil
bergumam menuju kamar
mandi)
Selang 30
menit aku sudah
rapi dan tinggal
berangkat. Rencananya aku
akan mengajak kak
Naumi ke Pantai
Boom yang kebetulan
ada festival sewu
gandung yang seluruh penarinya berjumlah
1000 orang. Karena
dia juga tertarik,
akhirnya kami berangkat
dan berpamitan dengan
ayah dan ibu.
Kak Naumi yang
bonceng dan aku
yang memberi arah
jalan seperti seorang
kernet sopir bus
saja.
Kami sudah
tiba di Pantai Boom,
alhamdulilah selama perjalanan
tidak macet karena
datangnya lumayan lebih
awal. Mungkin sekitar
pukul 12.00 gandrung
sewu pun sudah dimulai,
tidak disangka penontonpun
sudah membanjiri lokasi
ini kami dan
seluruh penonton antusias
melihat gandrung dan
kedatangan Bupati Banyuwangi
Bpk. Abdullah Azwar
Anas. Kak Naumi
sangat senang karena
bisa melihat Bupati Banyuwangi
dan bisa melihat
tarian khas Banyuwangi yang ditarikan
oleh 1000 orang
penari, dengan berdesakan
dan penonton yang terus
bertambah diiringi panas
matahari yang menyengat.
“
Senang banget bisa
melihat kebudayaan dan pantai yang
indah di Banyuwangi ini.
Tidak sia-sia aku
liburan di sini.
“ katanya dengan
riang. “ Ya
iyalah namanya juga
Banyuwangi gitu loh! Pasti indah
lah, dan pastinya
tidak kalah menarik
dengan yang lainnya. “
sahutku.
Waktu
sudah sore menunjukkan
pukul 16.00. Kamipun berjalan
mengambil sepeda. Tanpa disangka-sangka Kak
Naumi tiba-tiba pingsan
tepat di depan
saya. Mungkin karena
terlalu berdesakan dan
kecapekan. “ Kak
Naumi bangun kak!
Kak Naumi ayo
bangun! ” Saya
khawatir dan beberapa
menit kemudian akhirnya
kami di tolong oleh
anggota medis setempat.
Setelah dibawa ke
tenda, dia diberi
oksigen layaknya di
rumah sakit. Selang
beberapa menit Kak
Naumi sadar dan
mengajakku pulang, tetapi
oleh anggota medis dia
disuruh untuk istirahat
dulu dan ketika
pulang, dia tidak
boleh membonceng saya.
Setelah dia
sudah merasa enakan,
kami akhirnya pulang.
Dan akulah yang
membonceng Kak Naumi
yang keadaannya masih
sangat lemas dan
katanya kepalanya masih
sangat pusing. Kami
juga menunggu lancarnya
lalu lintas di
jalan, karena pada
saat itu jalanan
masih macet. Dan ayah
ibuku pasti khawatir
banget di rumah,
karena mereka selalu
telefon dan ditambah
aku yang membonceng
Kak Naumi yang
habis pingsan sedangkan
saat ini sudah
pukul 18.00.
Setiba di
rumah sudah larut
malam. kak Naumi
langsung berbaring di
kamar. Aku menceritakan
kejadian itu kepada
ayah dan ibuku.
Lalu kamipun tidur
karena sudah sangat
lelah.
Pagi-pagi sekali Kak
Naumi sudah rapi
dan siap-siap akan
pulang ke Malang karena
besuknya dia dan
juga aku sekolah.
Aku sangat sedih
ditinggal Kak Naumi.
Liburan ini adalah
liburan yang menyenangkan.
Dan aku janji
kalau Kak Naumi
ke sini lagi
akan aku mengajak jalan-jalan
memperlihatkan kebudayaan Banyuwangi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar